Sekilas Tentang Pelangi Senja


Ada kalanya, kita harus membuat sebuah keputusan tanpa meminta pertimbangan orang yang paling dekat dengan kita. Keputusan yang kemungkinan besar menjadi titik perubahan hidup kita sendiri. Titik yang bagaikan sebuah persimpangan. Kamu memilih jalan kanan, sementara aku sisi yang lainnya. Bukan untuk saling menjauh, tapi untuk saling mendewasakan diri. Kita berjalan di jalur hidup kita masing-masing, menyusuri jalan yang tidak pernah kita ketahui kondisinya.  Hingga, kita paham bagaimana hidup. Dan kita telah melaluinya.
Rindu tidak perlu dipertanyakan lagi. Tidak dipertemukan takdir selama bertahun-tahun, tentulah ada airmata yang sempat dikorbankan, demi rindu.
Kata orang, sahabat adalah yang membantu kita menjadi seorang manusia yang bisa mewujudkan impiannya. Hingga pernah kita mencari waktu, mencari tempat yang sepi hingga ramai untuk membuat peta konsep hidup kita masing-masing. Kita saling menggali pikiran untuk merumuskan apa tujuan kita, mau apa kita, dan apa yang harus kita lakukan mulai sekarang, hingga kita saling memahami jika suatu saat kita terpisah jarak. Sesuatu yang pasti terjadi, dan mesti kita setujui.
Tapi tidak demikan pula, ada saatnya dua orang sahabat bertemu kembali. Setelah menemukan sebagian kecil makna hidup, dua orang sahabat kembali bertemu, menyapa, dan mengenali ulang pribadinya masing-masing. Mengatakan, “Hai, apa kabar?” “kamu kemana saja?” “ada cerita apa?” “bagaimana kehidupanmu?” “ada yang berubahkah?” Ada yang berubah, yaitu kamu yang semakin cantik dengan kedewasaanmu.
Jangan pernah pertanyakan sebatas mana rinduku, karena aku selalu menyebutkan namamu tanpa absen dalam doaku.
Jangan pernah pertanyakan sebatas mana aku menghargaimu, karena aku selalu berusaha berhati-hati agar tidak menyakitimu, meski mungkin nyatanya aku menyakitimu. :(
Jangan pernah pertanyakan sebatas mana aku memaknaimu, karena yang selalu aku rindukan setiap hari adalah ekspresi marahmu yang selalu diakhiri tawa yang entah apa maksudnya. 
Jangan pernah pertanyakan sesakit apa hatiku memahami diksimu, karena hingga saat ini pun, setiap telingaku mendengar, dan setiap mataku membaca setiap katamu selalu ku artikan,  “hey, aku menyayangimu. Percayalah!” dan aku akan membalas dalam hati, “Terima kasih telah menjadi seperti ini, kakakku.”

Dari Senja, Untuk Pelangi
Tasikmalaya, 13 November 2017
(NB : menulis ini gara-gara 24 jam tanpa kabar, dan dia nyolot padahal ketakutan :p)

*Episode Hujan Senja, soon! 

Postingan populer dari blog ini

Indahnya Akhlak Rasulullah

Sekilas Tentang Hujan Senja